I.
PENDAHULUAN
Abu
Hurairah merupakan salah satu sahabat Nabi saw yang paling banyak meriwayatkan
hadist dengan menerimanya langsung dari Nabi Muhammad saw. Keberadaaannya pada
waktu sangat disoroti secara dalam oleh para musuh-musuh Islam dengan mencari
berbagai titik kelemahan beliau beserta hadist-hadist yang diriwayatkan olehnya.
Hal ini tidak mengherankan karena beliau adalah shahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits Nabi, sehingga bila umat bisa dibuat ragu kepada beliau, maka akan ada
sejumlah besar hadits yang dianggap meragukan pula oleh umat muslim. Inilah
tujuan utama para musuh Islam.
Salah
satu tokoh pengkritikan terhadap diri Abu Hurairah dan sejumlah hadistnya
adalah Sharafuddien al-Musawwi dalam kitabnya yang berjudul “Abu
Hurairah”. Di dalam kitabnya ia
sampaikan beberapa penjelasan mengenai diri seorang Abu Hurairah dengan
menelusuri jejak langkah dan hadist-hadist yang diriwayatkannya. Dari sejumlah
keterangan yang disampaikan al-Musawwi, ia menerangkan bahwa Abu Hurairah
banyak menciptakan hadist-hadist palsu yang dianggapnya merupakan produk hasil
dari kekuasaan Bani Umayyah yang notabene adalah golongan syi’ah.
Hal
ini menjadi kajian penting oleh berbagai tokoh muslim yang menyanggah kembali
hasil jalan pemikiran al-Musawwi dalam kitab “Difa’ ‘in Abu Hurairah” atau
“pembelaan kepada Abu Hurairah”. Di samping para tokoh muslim yang senantiasa
membela dan membenarkan jalan pemikiran yang dianggapnya keliru, pemakalah juga
akan memberikan pendapat dan sanggahan terhadap kritikan al-Musawwi.
II.
PEMBAHASAN
A.
Biografi dan Sejarah Abu Hurairah
Nama beliau di zaman jahiliyah adalah Abdusy Syams yang
artinya hamba matahari.[1]
Adapun setelah beliau masuk Islam, maka Rasulullah mengganti nama beliau dan
memberi kunyah kepadanya. Sebab tidak diperbolehkan seseorang memiliki nama
yang bermakna penghambaan kepada selain Allah. Dalam sejarahnya, ketika perang Khaibar[2]
sedang berkecamuk. Abu Hurairah langsung terjun ke dalam perang tersebut. Setelah
ia masuk Islam, kemudian Nabi SAW memberinya nama Abdurahman. Abu Hurairah
sangat menyenangi seekor kucing, sehingga sering kucing itu digendong, dirawat,
diberi makan dan bagi kucing itu disediakan tempat khusus, maka beliau digelari
pula dengan Abu Hurairah yang artinya orang yang menyanyangi kucing. Ibunya
adalah Maimunah, yang sempat masuk Islam sebelum wafatnya. Selain nama beliau Abdurrahman bin Shakhr ada pula yang
mengatakan nama aslinya ialah Abdullah
bin Amin.[3]
Abu
Hurairah lahir di Yaman dan besar di sana sampai ia berumur lebih dari 30
tahun. Ia
merupakan dari keturunan Daus bin Adatsan. Muhammad bin Ishaq menyebutkan bahwa
beliau memiliki kemuliaan dan kedudukan di kalangan kaumnya, sehingga mereka
senang Abu Hurairah termasuk dari suku mereka. Beliau menjadi shahabat
Rasulullah selama empat tahun atau lebih. Ini karena beliau datang pada tahun
ketujuh, bertepatan terjadinya perang Khaibar, tepatnya pada bulan Shafar.
Rasulullah meninggal pada bulan Rabi’ul Awal tahun 11 H. Oleh karena itu Humaid
bin Abdurrahman Al-Himyari menyatakan: “Aku
telah bertemu seseorang yang menemani Rasulullah sebagaimana Abu Hurairah
menemaninya yaitu empat tahun.”[4]
Abu Hurairah kemudian
menjadi sahabat yang paling dekat dan banyak meriwayatkan hadits dari Nabi
Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist
darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin
Malik, Jabir bin Abdullah, dan
lain-lain. Imam Bukhari
pernah berkata: "Tercatat lebih dari
800 orang perawi hadits dari kalangan sahabat dan tabi'in yang meriwayatkan hadits dari Abu
Hurairah".
Marwan bin
Hakam pernah menguji
tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk
menyebutkan beberapa hadits, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun
kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua
hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.[5]
B.
Kritik al-Musawwi Terhadap Abu Hurairah
Al-Musawwi
merupakan salah seorang tokoh muslim golongan syi’ah yang mengkritik
kepribadian Abu Hurairah dan hadist-hadist yang diriwayatkannya. Salah satu krtikannya
terhadap diri Abu Hurairah yang ada dalam kitabnya “Abu Hurairah” adalah mengatakan
bahwa Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu ini sebenarnya adalah seorang
yang hina dan lemah dan kemudian hanya karena ditolong oleh bani Umayyah-lah
hidupnya kemudian menjadi baik. Al-Musawwi
mengatakan pada bab Dukungan bani Umayyah kepada Abu Hurairah :
حاله
قبل دولتهم حيث كان ذليلا مهيناً ينظر الى القمل يدب على نمرته وحاله على عهدهم
حيث اخذوا بضبعيه واطلقوا عنه ربقة الخمول فكسوه الخز
“Sebelum berdaulatnya bani Umayyah, Abu Hurairah
merupakan seorang yang hina dan lemah, seorang yang hanya mencari kutu yang
merayap di bajunya.
Sedangkan keadaan Abu Hurairah semasa berkuasanya bani Umaiyyah, berubah setelah mereka (bani Umayyah) mengambilnya dan mengeluarkannya dari kesusahan dan kesulitan lalu mereka memakaikan kepadanya sutera..”[6]
Sedangkan keadaan Abu Hurairah semasa berkuasanya bani Umaiyyah, berubah setelah mereka (bani Umayyah) mengambilnya dan mengeluarkannya dari kesusahan dan kesulitan lalu mereka memakaikan kepadanya sutera..”[6]
kemudian
al-Musawwi mengatakan bahwa Abu Hurairah sebenarnya adalah hamba bani ‘Umayyah
dan hadits-hadist yang diucapkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu hanyalah
hadits-hadist rekaan, dan juga semata-mata Abu Hurairah mengucapkannya sesuai
pesanan orang-orang durhaka dan juga untuk membela orang-orang munafik dari
kalangan bani Umayyah. Kritikan ini terdapat dalam bab
Balasan Abu Hurairah atas bantuan bani Umayyah :
“Bani Umayyah memperhambakan Abu Hurairah
dengan memberinya berbagai kebaikan, sehingga mereka dapat mengusainya dan
menuntun pendengarannya, penglihatannya serta memanfaatkannya. Maka dia menjadi juru bicara bani
Umayyah dalam siasat politik mereka dan dia berada di dalamnya sesuai
dengan apa yang ditetapkan oleh hawa nafsu bani Umayyah. Lalu dia membuat hadist-hadist yang
menceritakan tentang keutamaan-keutamaan bani Umayyah dan di saat yang lain,
menghiasi hadits-hadist yang bathil tentang keutamaan dua orang khalifah
terdahulu yang dibuat- buat menurut keinginan Mu‘awiyah dan kaumnya
yang durhaka.”[7]
Selanjutnya,
Al-Musawwi juga mengatakan bahwa “..terkadang
Abu Hurairah juga mengeluarkan hadits-hadist yang membela kaum munafiq
dari kalangan Bani Umaiyyah yang telah dilaknati oleh Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi, dengan tujuan untuk membuang kehinaan
mereka...”[8]
Setelah
mengkritik kepribadian Abu Hurairah, kemudian al-Musawwi seorang golongan ahli
syi’ah mengkritik hadist-hadist yang diriwayatkannya. Terdapat kurang lebih 40
hadist riwayat Abu Hurairah yang dikritik oleh al-Musawwi dan sebagian besar hadist tersebut adalah hadist shahih yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari rahimahullah dan imam Muslim rahimahullah dalam kitab Shahih-nya masing-masing.
Salah satu hadist yang al-Musawwi kritik adalah tentang
cerita khayalan Abu hurairah. Terdapat keterangan dalam tulisannya al-Musawwi yang
mengatakan bahwa: “..Syaikhaani (Bukhari dan Muslim) telah mengeluarkan hadits dengan
sanadnya hingga kepada Abu Hurairah secara marfu’, ia mengatakan : “Seorang wanita masuk ke dalam neraka disebabkan seekor kucing
yang di ikatnya dan tidak diberi makan dan tidak pula dibiarkan mencari makan
dari serangga-serangga di bumi.” Dan hadits ini adalah diantara hadits2
yang diingkari oleh ‘Aisyah dari Abu Hurairah. Maka diantara apa yang dia
katakan saat hadits ini disampaikan kepadanya adalah : “Seorang mu’min itu
lebih mulia di atas Allah ‘Azza wa Jalla daripada Dia menyiksanya dalam masalah
kucing. Maka apabila kamu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahau ‘alaihi wa
sallam, perhatikanlah apa yang kamu riwayatkan.”[9]
C.
Sanggahan Terhadap Kritikan al-Musawwi
Dari
beberapa pemaparan di atas mengenai kritikan al-Musawwi terhadap sahabat Abu
Hurairah ini perlu dikaji kembali untuk meluruskan jalan pikiran yang dianggap
keliru. Tujuan lain agar hadist-hadist yang diriwayatkannya akan selamat dari
berbagai kritikan negative terhdapa Abu Hurairah. Sebagaimana kita ketahui
bahwa hadist Nabi merupakan sumber utama syari’at
islam setelah al-Qur’an. Sanggahan terhadap kritikan al-Musawwi dapat
dilihat dari beberapa pemaparan para tokoh muslim yang terdapat dalam kitab
“Difa’ ‘in Abu Hurairah” atau pembelaan atas diri Abu Hurairah.
Sebelum
pada tahap sanggahan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Hurairah. Di antara
keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut;
1.
Doa Rasulullah terhadap suku Daus
Sebagaimana yang telah diriwayatkan
oleh Al Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: Thufail bin ‘Amr Ad-Dausi dan para
shahabatnya datang kepada Nabi, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kabilah Daus telah berpaling dan enggan (menjawab panggilan
Islam), maka doakanlah kebinasaan atas mereka.” Ada yang berkata: “Telah binasa
Suku Daus.” Maka Rasulullah pun berdoa:
“Ya Allah, tunjukilah suku Daus dan datangkanlah mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Abu
Hurairah yang walaupun pada saat itu telah menjadi seorang mukmin, namun beliau
termasuk dalam keumuman doa tersebut. Sebab di antara makna permohonan hidayah
adalah istiqamah di atasnya bagi yang telah muslim dan permohonan masuk ke dalam
Islam bagi yang belum menjadi seorang muslim.[10]
2.
Abu Hurairah termasuk Ahlus Shuffah
Ash-Shuffah merupakan tempat yang
diberi naungan di masjid Nabi. Abu Hurairah termasuk dari shahabat yang
menjadikan tempat tersebut sebagai tempat tinggalnya. Bahkan beliau shahabat
yang paling masyhur yang ada di tempat tersebut dan beliau tetap tinggal di
sana selama masa hidup Nabi.
Ahlush Shuffah senantiasa menunaikan
kewajiban-kewajiban yang sangat mulia, di antaranya mempelajari Al Qur`an dan
As Sunnah, menjaga Nabi, bersiaga untuk melaksanakan perintah dan kebutuhan
beliau. Mereka senantiasa menegakkan kewajiban ini sehingga mereka dinafkahi
oleh seluruh kaum muslimin walaupun dengan nama shadaqah.
3. Abu
Hurairah seorang mujahid
Memang benar bahwa Abu Hurairah
tidak mengikuti peperangan di awal hijrah Rasulullah. Hal ini disebabkan karena
beliau termasuk orang yang belakangan menjadi seorang muslim. Namun setelah
beliau muslim, maka beliau tidak meninggalkan satu pun peperangan di masa
hidupnya bersama Rasulullah. Dimulai dari perang Khaibar, hadirnya beliau pada
‘Umratul Qadha`, perang Dzatur Riqa’, pengusiran sebagian kaum Yahudi dari
Madinah, Fathu Makkah, Perang Hunain, Perang Tha`if, Perang Tabuk, dan Perang
Mu`tah. Kemudian ikut bersama kaum muslimin dalam memerangi orang-orang yang
murtad setelah meninggalnya Rasulullah di zaman khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dan beliau juga ikut Perang Yarmuk, Armenia, dan arah Jurjan. Hal ini
menunjukkan kesungguhan beliau dalam perjuangannya menegakkan agama Allah.[11]
Abu Hurairah di zaman Rasulullah
menghabiskan masa hidupnya untuk Islam dan memelihara warisan Rasulullah berupa
ilmu hadits. Sehingga suatu hal yang wajar bila beliau menjadi shahabat yang
paling banyak menghafal hadits Rasulullah. Namun hadits yang sampai kepada kita
tidak sebanyak apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebabkan beberapa hal.
Di antaranya yakni kesibukan Abdullah bin ‘Amr lebih banyak daripada mengajar,
sehingga lebih sedikit orang yang meriwayatkan dari beliau. Ditambah dengan
adanya doa Rasulullah kepada Abu Hurairah yang menyebabkan beliau tidak
melupakan hadits Rasulullah yang telah beliau hafal.[12]
Adapun
beberapa hal-hal yang perlu diluruskan dari hasil jalan pemikirannya al-Musawwi
adalah sebagai berikut:
1. Mengenai kepribadian al-Musawwi yang
mencakup keadaan ia pada waktu sebelum dan sesudah masuk islam. Mereka
menyatakan bahwa:
“ia demikian bodoh dan tidak memiliki wawasan, ataupun pengetahuan.
Ia adalah seorang papa yang pelupa karena usianya, seorang anak yatim yang
diterjang kemiskinan, menjadi buruh ini dan itu pada laki-laki atau wanita
hanya untuk mengisi perutnya. Bertelanjang kai dan bertelanjang dada, puasa
dengan kerendahan ini, serta nyaman dengan kondisinya itu.”[13]
Menurut
pemakalah, pernyataan ini sangatlah bertentangan dengan keistimewaan-keistimewaan
yang terdapat dalam diri Abu Hurairah. Ia adalah salah seorang sahabat nabi
yang menghafala banyak hadist-hadist nabi serta merupakan orang yang didoakan
oleh nabi sebagai orang yang kuat hafalannya. Sebagaimana telah dijelaskan pada
paparan di atas.
2.
Setelah mengkritik pribadi Abu Hurairah, al-Musawwi juga mengkritik
hadist-hadist yang diriwayatkannya. Salah satu keterangan al-Musawwi dalam
bukunya adalah:
“..Syaikhaani (Bukhari dan Muslim)
telah mengeluarkan hadits dengan sanadnya hingga kepada Abu Hurairah secara
marfu’, ia mengatakan : “Seorang wanita masuk ke
dalam neraka disebabkan seekor kucing yang di ikatnya dan tidak diberi makan
dan tidak pula dibiarkan mencari makan dari serangga-serangga di bumi.” Dan hadits ini adalah diantara hadits2
yang diingkari oleh ‘Aisyah dari Abu Hurairah. Maka diantara apa yang dia
katakan saat hadits ini disampaikan kepadanya adalah : “Seorang mu’min itu
lebih mulia di atas Allah ‘Azza wa Jalla daripada Dia menyiksanya dalam masalah
kucing. Maka apabila kamu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahau ‘alaihi wa
sallam, perhatikanlah apa yang kamu riwayatkan.”[14]
hadits
tentang wanita dan kucing itu diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah dan
imam Muslim rahimahullah, bukan hanya dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
saja, akan tetapi hadits yang semakna diriwayatkan juga dari Asma binti Abi
Bakar radhiyallaahu ‘anha, Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu dan
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu.
Imam
Muslim, selain beliau meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah, maka
beliau juga meriwayatkan hadits yang semakna di tempat lainnya dalam kitab
Shahih-nya dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu.
Imam Muslim
rahimahullah meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu dalam
suatu hadits yang panjang, yang di dalamnya disebutkan bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“..Dan diperlihatkan kepadaku
neraka, maka aku melihat di dalamnya seorang wanita dari bani Israil yang
disiksa disebabkan seekor kucing miliknya. Wanita itu mengikatnya dan tidak memberinya makan
serta tidak pula membiarkannya mencari makan dari serangga-serangga di bumi….”[15]
Kemudian, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan pula hadits tersebut
dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu dari jalur sanad yang
lain dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar. Beliau mengatakan: “Telah menceritakan kepada kami Nashr bin ‘Ali, telah mengabarkan
kepada kami ‘Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar
dari Nafi’ dari ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda : “Seorang wanita masuk kedalam neraka disebabkan
seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberinya makan dan seterusnya….”[16]
Maka,
dengan lebih dari satu sahabat rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang
meriwayatkan hadits tentang wanita dan kucing tersebut, lalu dengan entengnya
orang Syi’ah ini mengatakan bahwa hadits itu hanyalah merupakan khayalan dari
Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu??
Laa haula wa laa quwwata illaa
billah.
III.
PENUTUP
Abu
Hurairah merupakan salah satu periwayat hadist yang banyak mengumpulkan
hadist-hadist shahih langsung dari Nabi saw. Para pengkritik Abu Hurairah
menyatakan bahwa ia merupakan pribadi yang tidak jelas asal usulnya, bukan
keluarga nabi, bukan pula orang terdekat nabi. Namun, segala kritik ini
disanggah oleh banyak kaum muslim yang membela Abu Hurairah beserta
hadist-hadist shahih yang diriwayatkannya. Dari sejumlah keterangan, Abu
Hurairah memiliki banyak keistimewaan dan sangat dekat dengan Nabi saw. Salah
satu keistimewaan beliau adalah ia merupakan orang yang paling kuat dalam
hafalannya. Sebagaimana Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam hadistnya menyatakan
bahwa Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat nabi yang sering sekali nabi
saw doakan agar ia diberikan hafalan yang sangat kuat. Sehingga tidak
mengherankan jika Abu Hurairah memiliki peran penting dalam sejumlah
hadist-hadistnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hajar. Tahdzib At-Tahdzib
Imam
Muslim. Shahih Muslim. Hadist nomor.
904. Hlm: 622
Imam
Bukhori. Shahih al-Bukhari. No. 3318. Hl
Abdul
Mun’im. Difa’ an Abi Hurairah.
Mursi,
Muhammad Said, 2007, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta.
Pustaka Al-Kautsar.
al-Musawwi, Sharafuddien Abu Hurairah. Terj. Mustofa Budi
Santoso. Menggugat Abu Hurairah:
Menelusuri Jejak Langkah dan hadist-hadistnya. 2002. Jakarta: Pustaka
Zahra.
[1]
sebagaimana
Al-Imam Al-Bukhari menyebut beliau dengan nama ini. Dan ini yang shahih menurut
At-Tirmidzi, Al-Hakim, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muslim bin Hajjaj, Yahya bin
Ma’in, Abu Bakar Asy-Syaibani, dan yang lainnya.
[2]Perang Khaibar adalah perang yang terjadi antara umat Islam yang dipimpin Muhammad dengan umat Yahudi yang hidup di oasis Khaibar, sekitar 150 km dari Madinah, Arab
Saudi. Pertempuran ini berakhir dengan
kemenangan umat Islam, dan Muhammad berhasil memperoleh harta,senjata, dan dukungan kabilah setempat. Hanya beberapa hari Muhammad berada di
Madinah usai peristiwa Hudaibiya itu. Sekitar dua pekan kemudian, Rasul bahkan
memimpin sendiri ekspedisi militer menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari
perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama
Yahudi di jazirah Arab. Terutama setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh
Rasulullah.
[5]
Mursi, Muhammad Said, 2007, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.
Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
[6]
Sharafuddien al-Musawwi. Abu Hurairah.
Terj. Mustofa Budi Santoso. Menggugat Abu
Hurairah: Menelusuri Jejak Langkah dan hadist-hadistnya.
2002. Jakarta: Pustaka Zahra. Hlm: 45
[7] Ibid,.. hlm: 48
[8] Ibid,.. hlm: 50
[9] Ibid,.. hlm: 203
[11]
lihat
secara terperinci jihad beliau dalam kitab Difa’
‘an Abi Hurairah, Abdul Mun’im al-‘Izzi, hal: 46-55
[12] Ibid,.. hlm: 70
[13] Sharafuddien al-Musawwi. Abu
Hurairah.. op.cit. hlm: 25
[14] Ibid,.. hlm: 203
[15] Imam Muslim. Shahih Muslim.
Hadist nomor. 904. Hlm: 622
No comments:
Post a Comment