Wednesday 25 February 2015

Sanggahan Terhadap Kritik al-Musawwi dalam Kitabnya “Abu Hurairah”


I.       PENDAHULUAN
Abu Hurairah merupakan salah satu sahabat Nabi saw yang paling banyak meriwayatkan hadist dengan menerimanya langsung dari Nabi Muhammad saw. Keberadaaannya pada waktu sangat disoroti secara dalam oleh para musuh-musuh Islam dengan mencari berbagai titik kelemahan beliau beserta hadist-hadist yang diriwayatkan olehnya. Hal ini tidak mengherankan karena beliau adalah shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi, sehingga bila umat bisa dibuat ragu kepada beliau, maka akan ada sejumlah besar hadits yang dianggap meragukan pula oleh umat muslim. Inilah tujuan utama para musuh Islam.
Salah satu tokoh pengkritikan terhadap diri Abu Hurairah dan sejumlah hadistnya adalah Sharafuddien al-Musawwi dalam kitabnya yang berjudul “Abu Hurairah”.  Di dalam kitabnya ia sampaikan beberapa penjelasan mengenai diri seorang Abu Hurairah dengan menelusuri jejak langkah dan hadist-hadist yang diriwayatkannya. Dari sejumlah keterangan yang disampaikan al-Musawwi, ia menerangkan bahwa Abu Hurairah banyak menciptakan hadist-hadist palsu yang dianggapnya merupakan produk hasil dari kekuasaan Bani Umayyah yang notabene adalah golongan syi’ah.
Hal ini menjadi kajian penting oleh berbagai tokoh muslim yang menyanggah kembali hasil jalan pemikiran al-Musawwi dalam kitab “Difa’ ‘in Abu Hurairah” atau “pembelaan kepada Abu Hurairah”. Di samping para tokoh muslim yang senantiasa membela dan membenarkan jalan pemikiran yang dianggapnya keliru, pemakalah juga akan memberikan pendapat dan sanggahan terhadap kritikan al-Musawwi.
II.    PEMBAHASAN
A. Biografi dan Sejarah Abu Hurairah
              Nama beliau di zaman jahiliyah adalah Abdusy Syams yang artinya hamba matahari.[1] Adapun setelah beliau masuk Islam, maka Rasulullah mengganti nama beliau dan memberi kunyah kepadanya. Sebab tidak diperbolehkan seseorang memiliki nama yang bermakna penghambaan kepada selain Allah. Dalam sejarahnya, ketika perang Khaibar[2] sedang berkecamuk. Abu Hurairah langsung terjun ke dalam perang tersebut. Setelah ia masuk Islam, kemudian Nabi SAW memberinya nama Abdurahman. Abu Hurairah sangat menyenangi seekor kucing, sehingga sering kucing itu digendong, dirawat, diberi makan dan bagi kucing itu disediakan tempat khusus, maka beliau digelari pula dengan Abu Hurairah yang artinya orang yang menyanyangi kucing. Ibunya adalah Maimunah, yang sempat masuk Islam sebelum wafatnya. Selain nama beliau Abdurrahman bin Shakhr ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdullah bin Amin.[3]
Abu Hurairah lahir di Yaman dan besar di sana sampai ia berumur lebih dari 30 tahun. Ia merupakan dari keturunan Daus bin Adatsan. Muhammad bin Ishaq menyebutkan bahwa beliau memiliki kemuliaan dan kedudukan di kalangan kaumnya, sehingga mereka senang Abu Hurairah termasuk dari suku mereka. Beliau menjadi shahabat Rasulullah selama empat tahun atau lebih. Ini karena beliau datang pada tahun ketujuh, bertepatan terjadinya perang Khaibar, tepatnya pada bulan Shafar. Rasulullah meninggal pada bulan Rabi’ul Awal tahun 11 H. Oleh karena itu Humaid bin Abdurrahman Al-Himyari menyatakan: “Aku telah bertemu seseorang yang menemani Rasulullah sebagaimana Abu Hurairah menemaninya yaitu empat tahun.”[4]
Abu Hurairah kemudian menjadi sahabat yang paling dekat dan banyak meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan sahabat dan tabi'in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".
Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.[5]
B.  Kritik al-Musawwi Terhadap Abu Hurairah
Al-Musawwi merupakan salah seorang tokoh muslim golongan syi’ah yang mengkritik kepribadian Abu Hurairah dan hadist-hadist yang diriwayatkannya. Salah satu krtikannya terhadap diri Abu Hurairah yang ada dalam kitabnya “Abu Hurairah” adalah mengatakan bahwa Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu  ini sebenarnya adalah seorang yang hina dan lemah dan kemudian hanya karena ditolong oleh bani Umayyah-lah hidupnya kemudian menjadi baik. Al-Musawwi mengatakan pada bab Dukungan bani Umayyah kepada Abu Hurairah :
حاله قبل دولتهم حيث كان ذليلا مهيناً ينظر الى القمل يدب على نمرته وحاله على عهدهم حيث اخذوا بضبعيه واطلقوا عنه ربقة الخمول فكسوه الخز 
“Sebelum berdaulatnya bani Umayyah, Abu Hurairah merupakan seorang yang hina dan lemah, seorang yang hanya mencari kutu yang merayap di bajunya. 
Sedangkan keadaan Abu Hurairah semasa berkuasanya bani Umaiyyah, berubah setelah mereka (bani Umayyah) mengambilnya dan mengeluarkannya dari kesusahan dan kesulitan lalu mereka memakaikan kepadanya sutera..”[6]
kemudian al-Musawwi mengatakan bahwa Abu Hurairah sebenarnya adalah hamba bani ‘Umayyah dan hadits-hadist yang diucapkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu hanyalah hadits-hadist rekaan, dan juga semata-mata Abu Hurairah mengucapkannya sesuai pesanan orang-orang durhaka dan juga untuk membela orang-orang munafik dari kalangan bani Umayyah. Kritikan ini terdapat dalam bab Balasan Abu Hurairah atas bantuan bani Umayyah :
“Bani Umayyah  memperhambakan Abu Hurairah dengan memberinya berbagai kebaikan, sehingga mereka dapat mengusainya dan menuntun pendengarannya, penglihatannya serta memanfaatkannya.  Maka dia menjadi juru bicara bani Umayyah dalam siasat politik mereka dan dia  berada di dalamnya sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hawa nafsu bani Umayyah.   Lalu dia membuat hadist-hadist yang menceritakan tentang keutamaan-keutamaan bani Umayyah dan di saat yang lain, menghiasi hadits-hadist yang bathil tentang keutamaan dua orang khalifah  terdahulu yang dibuat- buat menurut  keinginan Mu‘awiyah  dan kaumnya yang durhaka.”[7]
Selanjutnya, Al-Musawwi juga mengatakan bahwa “..terkadang Abu Hurairah  juga mengeluarkan hadits-hadist yang membela kaum munafiq dari  kalangan Bani  Umaiyyah yang telah dilaknati oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi,  dengan tujuan untuk membuang kehinaan mereka...”[8]
Setelah mengkritik kepribadian Abu Hurairah, kemudian al-Musawwi seorang golongan ahli syi’ah mengkritik hadist-hadist yang diriwayatkannya. Terdapat kurang lebih 40 hadist riwayat Abu Hurairah yang dikritik oleh al-Musawwi dan sebagian besar hadist tersebut adalah hadist shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah dan imam Muslim rahimahullah dalam kitab Shahih-nya masing-masing.
Salah satu hadist yang al-Musawwi kritik adalah tentang cerita khayalan Abu hurairah. Terdapat keterangan dalam tulisannya al-Musawwi yang mengatakan bahwa: “..Syaikhaani (Bukhari dan Muslim) telah mengeluarkan hadits dengan sanadnya hingga kepada Abu Hurairah secara marfu’, ia mengatakan : “Seorang wanita masuk ke dalam neraka disebabkan seekor kucing yang di ikatnya dan tidak diberi makan dan tidak pula dibiarkan mencari makan dari serangga-serangga di bumi.” Dan hadits ini adalah diantara hadits2 yang diingkari oleh ‘Aisyah dari Abu Hurairah. Maka diantara apa yang dia katakan saat hadits ini disampaikan kepadanya adalah : “Seorang mu’min itu lebih mulia di atas Allah ‘Azza wa Jalla daripada Dia menyiksanya dalam masalah kucing. Maka apabila kamu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahau ‘alaihi wa sallam, perhatikanlah apa yang kamu riwayatkan.”[9]

C. Sanggahan Terhadap Kritikan al-Musawwi
Dari beberapa pemaparan di atas mengenai kritikan al-Musawwi terhadap sahabat Abu Hurairah ini perlu dikaji kembali untuk meluruskan jalan pikiran yang dianggap keliru. Tujuan lain agar hadist-hadist yang diriwayatkannya akan selamat dari berbagai kritikan negative terhdapa Abu Hurairah. Sebagaimana kita ketahui bahwa hadist Nabi merupakan sumber utama syari’at islam setelah al-Qur’an. Sanggahan terhadap kritikan al-Musawwi dapat dilihat dari beberapa pemaparan para tokoh muslim yang terdapat dalam kitab “Difa’ ‘in Abu Hurairah” atau pembelaan atas diri Abu Hurairah.
Sebelum pada tahap sanggahan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Hurairah. Di antara keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Doa Rasulullah terhadap suku Daus
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: Thufail bin ‘Amr Ad-Dausi dan para shahabatnya datang kepada Nabi, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah berpaling dan enggan (menjawab panggilan Islam), maka doakanlah kebinasaan atas mereka.” Ada yang berkata: “Telah binasa Suku Daus.” Maka Rasulullah pun berdoa:
“Ya Allah, tunjukilah suku Daus dan datangkanlah mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Abu Hurairah yang walaupun pada saat itu telah menjadi seorang mukmin, namun beliau termasuk dalam keumuman doa tersebut. Sebab di antara makna permohonan hidayah adalah istiqamah di atasnya bagi yang telah muslim dan permohonan masuk ke dalam Islam bagi yang belum menjadi seorang muslim.[10]
2.      Abu Hurairah termasuk Ahlus Shuffah
Ash-Shuffah merupakan tempat yang diberi naungan di masjid Nabi. Abu Hurairah termasuk dari shahabat yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat tinggalnya. Bahkan beliau shahabat yang paling masyhur yang ada di tempat tersebut dan beliau tetap tinggal di sana selama masa hidup Nabi.
Ahlush Shuffah senantiasa menunaikan kewajiban-kewajiban yang sangat mulia, di antaranya mempelajari Al Qur`an dan As Sunnah, menjaga Nabi, bersiaga untuk melaksanakan perintah dan kebutuhan beliau. Mereka senantiasa menegakkan kewajiban ini sehingga mereka dinafkahi oleh seluruh kaum muslimin walaupun dengan nama shadaqah.
3.      Abu Hurairah seorang mujahid
Memang benar bahwa Abu Hurairah tidak mengikuti peperangan di awal hijrah Rasulullah. Hal ini disebabkan karena beliau termasuk orang yang belakangan menjadi seorang muslim. Namun setelah beliau muslim, maka beliau tidak meninggalkan satu pun peperangan di masa hidupnya bersama Rasulullah. Dimulai dari perang Khaibar, hadirnya beliau pada ‘Umratul Qadha`, perang Dzatur Riqa’, pengusiran sebagian kaum Yahudi dari Madinah, Fathu Makkah, Perang Hunain, Perang Tha`if, Perang Tabuk, dan Perang Mu`tah. Kemudian ikut bersama kaum muslimin dalam memerangi orang-orang yang murtad setelah meninggalnya Rasulullah di zaman khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan beliau juga ikut Perang Yarmuk, Armenia, dan arah Jurjan. Hal ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam perjuangannya menegakkan agama Allah.[11]
Abu Hurairah di zaman Rasulullah menghabiskan masa hidupnya untuk Islam dan memelihara warisan Rasulullah berupa ilmu hadits. Sehingga suatu hal yang wajar bila beliau menjadi shahabat yang paling banyak menghafal hadits Rasulullah. Namun hadits yang sampai kepada kita tidak sebanyak apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebabkan beberapa hal. Di antaranya yakni kesibukan Abdullah bin ‘Amr lebih banyak daripada mengajar, sehingga lebih sedikit orang yang meriwayatkan dari beliau. Ditambah dengan adanya doa Rasulullah kepada Abu Hurairah yang menyebabkan beliau tidak melupakan hadits Rasulullah yang telah beliau hafal.[12]
Adapun beberapa hal-hal yang perlu diluruskan dari hasil jalan pemikirannya al-Musawwi adalah sebagai berikut:
1.      Mengenai kepribadian al-Musawwi yang mencakup keadaan ia pada waktu sebelum dan sesudah masuk islam. Mereka menyatakan bahwa:
“ia demikian bodoh dan tidak memiliki wawasan, ataupun pengetahuan. Ia adalah seorang papa yang pelupa karena usianya, seorang anak yatim yang diterjang kemiskinan, menjadi buruh ini dan itu pada laki-laki atau wanita hanya untuk mengisi perutnya. Bertelanjang kai dan bertelanjang dada, puasa dengan kerendahan ini, serta nyaman dengan kondisinya itu.”[13]
Menurut pemakalah, pernyataan ini sangatlah bertentangan dengan keistimewaan-keistimewaan yang terdapat dalam diri Abu Hurairah. Ia adalah salah seorang sahabat nabi yang menghafala banyak hadist-hadist nabi serta merupakan orang yang didoakan oleh nabi sebagai orang yang kuat hafalannya. Sebagaimana telah dijelaskan pada paparan di atas.
2.      Setelah mengkritik pribadi Abu Hurairah, al-Musawwi juga mengkritik hadist-hadist yang diriwayatkannya. Salah satu keterangan al-Musawwi dalam bukunya adalah:
“..Syaikhaani (Bukhari dan Muslim) telah mengeluarkan hadits dengan sanadnya hingga kepada Abu Hurairah secara marfu’, ia mengatakan : “Seorang wanita masuk ke dalam neraka disebabkan seekor kucing yang di ikatnya dan tidak diberi makan dan tidak pula dibiarkan mencari makan dari serangga-serangga di bumi.” Dan hadits ini adalah diantara hadits2 yang diingkari oleh ‘Aisyah dari Abu Hurairah. Maka diantara apa yang dia katakan saat hadits ini disampaikan kepadanya adalah : “Seorang mu’min itu lebih mulia di atas Allah ‘Azza wa Jalla daripada Dia menyiksanya dalam masalah kucing. Maka apabila kamu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahau ‘alaihi wa sallam, perhatikanlah apa yang kamu riwayatkan.”[14]
hadits tentang wanita dan kucing itu diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah dan imam Muslim rahimahullah, bukan hanya dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu saja, akan tetapi hadits yang semakna diriwayatkan juga dari Asma binti Abi Bakar radhiyallaahu ‘anha, Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu.
Imam Muslim, selain beliau meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah, maka beliau juga meriwayatkan hadits yang semakna di tempat lainnya dalam kitab Shahih-nya dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu.  Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu dalam suatu hadits yang panjang, yang di dalamnya disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“..Dan diperlihatkan kepadaku neraka, maka aku melihat di dalamnya seorang wanita dari bani Israil yang disiksa disebabkan seekor kucing miliknya. Wanita itu mengikatnya dan tidak memberinya makan serta tidak pula membiarkannya mencari makan dari serangga-serangga di bumi….”[15]
Kemudian, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan pula hadits tersebut dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu dari jalur sanad yang lain dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar. Beliau mengatakan: “Telah menceritakan kepada kami Nashr bin ‘Ali, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar dari Nafi’ dari ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seorang wanita masuk kedalam neraka disebabkan seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberinya makan dan seterusnya….”[16]
Maka, dengan lebih dari satu sahabat rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits tentang wanita dan kucing tersebut, lalu dengan entengnya orang Syi’ah ini mengatakan bahwa hadits itu hanyalah merupakan khayalan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu??
Laa haula wa laa quwwata illaa billah.
III. PENUTUP
Abu Hurairah merupakan salah satu periwayat hadist yang banyak mengumpulkan hadist-hadist shahih langsung dari Nabi saw. Para pengkritik Abu Hurairah menyatakan bahwa ia merupakan pribadi yang tidak jelas asal usulnya, bukan keluarga nabi, bukan pula orang terdekat nabi. Namun, segala kritik ini disanggah oleh banyak kaum muslim yang membela Abu Hurairah beserta hadist-hadist shahih yang diriwayatkannya. Dari sejumlah keterangan, Abu Hurairah memiliki banyak keistimewaan dan sangat dekat dengan Nabi saw. Salah satu keistimewaan beliau adalah ia merupakan orang yang paling kuat dalam hafalannya. Sebagaimana Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam hadistnya menyatakan bahwa Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat nabi yang sering sekali nabi saw doakan agar ia diberikan hafalan yang sangat kuat. Sehingga tidak mengherankan jika Abu Hurairah memiliki peran penting dalam sejumlah hadist-hadistnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hajar. Tahdzib At-Tahdzib
Imam Muslim. Shahih Muslim. Hadist nomor. 904. Hlm: 622
Imam Bukhori. Shahih al-Bukhari. No. 3318. Hl
Abdul Mun’im. Difa’ an Abi Hurairah.
Mursi, Muhammad Said, 2007, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
al-Musawwi, Sharafuddien Abu Hurairah. Terj. Mustofa Budi Santoso. Menggugat Abu Hurairah: Menelusuri Jejak Langkah dan hadist-hadistnya. 2002. Jakarta: Pustaka Zahra.





[1] sebagaimana Al-Imam Al-Bukhari menyebut beliau dengan nama ini. Dan ini yang shahih menurut At-Tirmidzi, Al-Hakim, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muslim bin Hajjaj, Yahya bin Ma’in, Abu Bakar Asy-Syaibani, dan yang lainnya.
[2]Perang Khaibar adalah perang yang terjadi antara umat Islam yang dipimpin Muhammad dengan umat Yahudi yang hidup di oasis Khaibar, sekitar 150 km dari Madinah, Arab Saudi. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan umat Islam, dan Muhammad berhasil memperoleh harta,senjata, dan dukungan kabilah setempat. Hanya beberapa hari Muhammad berada di Madinah usai peristiwa Hudaibiya itu. Sekitar dua pekan kemudian, Rasul bahkan memimpin sendiri ekspedisi militer menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab. Terutama setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah.
[3] Ibnu Hajar. Tahdzib At-Tahdzib. no. 10353
[4] Keterangan ini terdapat dalam Hadist Riwayat Ahmad, 4/111, Abu Dawud, 1/19, An-Nasa`i: 1/130
[5]  Mursi, Muhammad Said, 2007, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
[6] Sharafuddien al-Musawwi. Abu Hurairah. Terj. Mustofa Budi Santoso. Menggugat Abu Hurairah: Menelusuri Jejak Langkah dan hadist-hadistnya. 2002. Jakarta: Pustaka Zahra. Hlm: 45
[7] Ibid,.. hlm: 48
[8] Ibid,.. hlm: 50
[9] Ibid,.. hlm: 203
[10] Abdul Mun’im. Difa’ an Abi Hurairah. Hal: 32
[11] lihat secara terperinci jihad beliau dalam kitab Difa’ ‘an Abi Hurairah, Abdul Mun’im al-‘Izzi, hal: 46-55
[12] Ibid,.. hlm: 70
[13] Sharafuddien al-Musawwi. Abu Hurairah.. op.cit. hlm: 25
[14] Ibid,.. hlm: 203
[15] Imam Muslim. Shahih Muslim. Hadist nomor. 904. Hlm: 622
[16] Imam Bukhori. Shahih al-Bukhari. No. 3318. Hlm: 130.

No comments:

Post a Comment